Senin, 05 Oktober 2015

My Story Outside the Blog (Updated)

Kali ini saya akan mencoba menulis sesuatu yang berada di luar blog. Blognya ini saya tulis dalam Microsoft Word. Tapi setidaknya, semua cerita ini seolah-olah sedang membaca blog. Dan lebih bagusnya, file cerita blog ini bisa kalian download tanpa harus mengopast dari halaman web ini.

Beberapa file ini saya akan update bila saya menulis hal yang baru.


Maraknya Cybercrime pada Artist Indonesia
https://drive.google.com/open?id=0B4AzvW9j7RjGYlVtU1k2Ty1qMEk

Pemain Baru Arsenal, Petr Cech dan Reaksi Media Sosial
https://drive.google.com/open?id=0B4AzvW9j7RjGa2lsTE1Hdi1vaUE

Kamis, 02 Juli 2015

Judul-Judul Berita yang Bombastis di Media Online

Seringkali kita dapat melihat, banyak sekali portal berita, baik media cetak ataupun media online, membuat judul atau headline berita asal-asalan, membuat penasaran, tidak baku, menggunakan kata tutur, tidak efektif, pemilihan kata berantakan dan sebagainya. Sekarang pertanyaannya, kenapa jurnalis terdorong untuk membuat kata-kata seperti itu? Menurut saya, saya mempunyai beberapa alasan berikut berdasarkan opini saya:
  • Terpengaruh oleh koran "Lampu Merah". Kalian pasti tahu, 'kan koran tersebut? Banyak sekali kata-kata yang sangat gaul dan alay yang ditemukan dalam koran tersebut. Sepertinya mereka sangat terpengaruh untuk membuat judul-judul alay bin gaul tersebut.
  • Sering terpengaruh oleh kata-kata tutur yang sering diucapkan, jadi mereka tidak sungkan-sungkan untuk menulis pada judul berita.
  • Mungkin ada alasan, karena sudah terpengaruh perkembangan zaman, karena orang-orang gaul semakin banyak yang sedang ngetrend, oleh karena itu mereka mengubahnya menjadi judul yang lebih 'gaul' daripada judul yang sesuai EYD.
  • Kebanyakan bahasa yang digunakan terkadang berantakan dalam penyusunan kalimatnya 
  • Adanya pengaruh dari media sosial, selengkapnya bisa dibaca di sini : http://www.romelteamedia.com/2015/05/pengaruh-media-sosial-terhadap-jurnalistik.html (Bila menggunakan Firefox, highlight link ini kemudian klik kanan > pilih "open link")
     
Untuk membuktikannya saya mempunyai contoh-contoh dari judul berita Indonesia yang tidak baku dan gaul yang seringkali ada di media internet atau di media cetak, sembari mempelajari kembali penggunaan tata Bahasa Indonesia yang baku dan sesuai dengan EYD. Cekidot.

Contoh 1

Hah? Handphone XXX Dijual 1,1 Juta?

Yap. Ini sering ditemukan dalam sebuah situs berita internet mengenai hal ini. Sebuah judul berita yang gaul seperti ini harusnya tidak pantas dituliskan, karena bahasa ini adalah bahasa tutur atau bahasa iklan yang gaul menurut saya. Selain itu, judul berita ini berupa kalimat tanya, yang dimana jurnalisme harus bertanya kepada pembaca, apakah benar harga handphone ini dijual dengan harga segitu? Apakah ada fakta yang mengatakan demikian?

Kebanyakan dari judul berita tersebut dipastikan jawabannya "No" alias "Tidak". Menurut user dari sebuah blog yang saya kutip mengatakan "Setiap judul berita yang diakhiri dengan tanda tanya dapat dijawab dengan kata tidak 
(Any headline that ends in a question mark can be answered by the word no). 

Dalam kalimat lain: “If there is a question in a headline, the answer is always no”.

Menapa demikian? Judul berita berupa kalimat tanya menunjukkan wartawan sendiri meragukan kebenaran fakta yang diberitakannya. Jika jawabannya "ya", maka tidak akan muncul judul berita berupa pertanyaan.
 

If the answer is “yes,” then it’s a fact and there would be no reason to ask a question. The questions are often sensational ("Will coffee kill you?” is one example) and “no” is the usual answer to a wild rumor. 

 "Jika jawabannya adalah "ya," maka itu adalah sebuah judul yang benar-benar fakta dan tidak akan ada alasan untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang sering sensasional ("Apakah kopi membunuh Anda?" Adalah salah satu contoh) dan "tidak" adalah jawaban yang biasa untuk rumor liar."


Bagaimana cara jurnalisme tidak membuat bingung si pembaca dengan menulis judul pertanyaan itu? Caranya yaitu menggunakan/memilih kata seperti "dikabarkan" atau jika perlu "digosipkan", "dirumorkan". Jadi, pembaca tidak perlu ragu ketika akan membaca beritanya. 

Dari contoh di atas, judul tersebut dapat diubah menjadi "Dikabarkan, Handphone XXX Akan Dijual Seharga 1,1 Juta"




Contoh 2
Harga BBM Turun Lagi

Sebenarnya boleh menggunakan kata "lagi", tetapi lebih efektif menggunakan kata "kembali", yang dapat dituliskan seperti ini : "Harga BBM Menurun Kembali"


Contoh 3

Khedira Ogah Nyanyikan Lagu Kebangsaan Jerman

Terlihat sangat aneh ketika saya membaca judul berita ini di salah satu grup media sosial, karena kata "Ogah" ini adalah termasuk bahasa lisan atau bahasa tutur yang seringkali diucapkan di masyarakat. Ogah termasuk dalam istilah bahasa gaul Betawi yang artinya "Tidak". Lebih baik kata "Ogah" diganti dengan kata yang efektif seperti "Enggan", "Tidak Mau", bila penulisannya seperti ini "Khedira Tidak Mau Menyanyikan Lagu Kebanggsaan Jerman". Walaupun demikian, hal itu tidak menghormati negara Jerman dari segi lagu kebangsaannya, akan lebih santun bila tulis seperti ni "Khedira : Saya Enggan Menyanyikan Lagu Kebangsaan Negara Saya."


Contoh 4

Brasil Enggak Sabar Hadapi Chili

Nah, kembali terlihat di dalam portal berita resmi dengan tulisan judul seperti ini. Dalam judul tersebut terdapat kata "Enggak", sebenarnya hal itu adalah kata tutur (bahasa lisan, bahasa pergaulan) dari apa yang kita ucapkan sehari-hari dari kata "Tidak". 

Bagaimana jika ditulis dengan kata "Tak"? Apabila diganti dengan kata "Tak", hal itu merupakan salah satu bahasa peralihan dari bahasa indonesia yang biasanya digunakan oleh orang-orang yang mungkin malas mengucapkan kata atau bahasa secara utuh. 

Akan lebih baik diganti dengan kata "Tidak", jadi tidak ada perbedaan makna dari bahasa yang tidak baku dari sebuah judul tersebut dari media resmi. Judul tersebut dapat diubah menjadi : "Brazil Sudah Tidak Sabar Menghadapi Chile". 

Contoh 5


Lagi Asyik Isap Ganja, 2 Anak Dibawah Umur Ditangkap Polisi

Buseet!! Saya mendapatkan kembali judul berita seperti ini dari portal berita Indonesia! Judul berita semacam ini terlihat "alay" dan sangat menyimpang dari kaidah EYD. 

Dalam judul tersebut penulis mendapatkan kata "Lagi" sebagai pengganti kata "Sedang", karena kata "lagi" tersebut adalah kata tutur dari kata "sedang" dan kata "lagi" ini juga bermakna ambigu. 

"Lagi" dapat berarti sesuatu yang dilakukan secara berulang dan mengulang dari kegagalan. Penggunaan kata ini seharusnya tidak ditulis, karena kata ini bermakna kegiatan yang dilakukan dan akan lebih baku jika ditulis dengan kata "sedang".

Kata "Asyik" itu termasuk dalam kata tutur yang termasuk dalam percakapan kita sehari-hari. Hal itu sebenarnya tidak boleh digunakan karena bukan termasuk kelompok kata baku.

Selain itu, dalam kata bilangan. Menurut dari yang penulis dapatkan dari sebuah akun untuk belajar Bahasa Indonesia yang baku, jika angka tersebut ditulis satuan, lebih baik ditulis dengan huruf, bukan dengan lambang bilangan. Seharusnya "2" diganti dengan Dua (singkat dan jelas).

"Dibawah", mungkin dalam pemahaman saya, lebih baik dipisah, karena menunjukkan keterangan tempat.

Akan lebih baik bila judul tersebut diganti dengan "Sedang Asyik Menghisap Ganja, Dua Anak Di Bawah Umur Ditangkap Polisi". Walapun demikian apabila sudah diperbaiki, masih tetap menjadi kalimat yang tidak efektif. Akan lebih baik ditulis seperti ini, "Dua Anak Di Bawah Umur Ditangkap Polisi Akibat Menghisap Ganja".


Contoh 6


Penghasilan Pekerja Toyota Indonesia Paling Gede di ASEAN

Kembali ada kesalahan dalam judul berita Indonesia dari segi kalimat dan penggunaan bahasa Indonesia. Judul berita ini sangat tidak baku dan tidak efektif, karena penggunaan kalimatnya berantakan dan terdapat kata lisan atau kata tutur, yaitu "Gede".

"Gede" dalam istilah bahasa gaul, artinya "Besar". Bahkan menggunakan kata "Paling" sebagai tambahan dari kesalahan pemilihan kata.

Hati-hati, penggunaan kata yang salah dapat menyebabkan perbedaan makna. Dan juga kalimat ini tidak efektif, karena anak kalimat dan induk kalimat juga ditempatkan pada sembarang kalimat.

Akan lebih baik judul berita yang benar itu ditulis seperti ini, "Toyota Indonesia, Penghasilan Pekerja Terbesar di ASEAN".

Hmm.. Tunggu sebentar!

Sepertinya ada yang salah juga dalam perbaikan kalimat judul berita ini, karena saya salah mengartikan, saya mengira bahwa Toyota Indonesia yang mempunyai penghasilan yang besar. Ternyata, yang mempunyai penghasilan tebesar adalah beberapa dari para pekerja mereka. Pantas saja, hal ini menjadi rancu.

Jadi lebih baiknya, pada judul tersebut ditulis "Profil Penghasilan Pekerja Toyota Indonesia Terbesar di ASEAN."

Contoh 7


Sinetron Bisa Picu Penonton Lakukan Tindak Kekerasan

Saya bingung dengan penulisan judul berita yang singkat dan padat ini. Apakah jelas jika dituliskan seperti ini? Apakah mungkin sudah ada aturan dalam penulisan judul berita jurnalistik untuk dituliskan seperti ini?

Kalimat judul ini kurang efektif karena masih menggunakan kata dasar.
Lebih efektif judul itu bisa diperbaiki seperti ini, "Sinetron Dapat Memicu Penonton untuk Melakukan Tindak Kekerasan".


Contoh 8 

Lahm Tegaskan Ogah Kembali ke Timnas Jerman

Dalam contoh judul berita di atas, teradapat kekeliruan dalam pemilihan kata. Terdapat kata "ogah" dalam judul berita tersebut. Memang, jurnalis kita sudah bobrok dalam memilih kata yang pas agar pembaca sangat penasaran dalam membaca beritanya. Kata ogah di sini termasuk dalam kosakata Betawi, yang artinya "enggan" atau "tidak ingin/tidak mau". Jadi, judul berita tersebut dapat diganti dengan "Lahm : Saya Tidak Ingin Kembali ke Timnas Jerman". Simpel kan? Jika ia menuliskan opini dari orang lain, lebih baik ditulis seperti itu, jangan seperti contoh di atas. Justru lebih ke arah negatif takutnya. Atau judul tersebut dapat ditulis : "Lahm Menegaskan Bahwa Ia Enggan Kembali ke Timnas Jerman".


Dari beberapa contoh di atas, penulisan judul berita yang masih salah itu dapat menyebabkan orang lain sedikit lebih mengerti akan apa yang diucapkan. Bisa jadi, kesalahan tersebut mungkin berasal dari editor itu sendiri, yang mengambil sumber referensi dari berita asing (jika berita internasional) menjadi bahasa seperti itu.

Oleh karena itu, saya dapat menilai bahwa semua portal berita di zaman sekarang telah masuk pada era "Koran Kuning", di mana semua berita lebih menjurus ke arah yang tidak seharusnya diperbincangkan. 

Agar kalian tidak ingin terpengaruh dengan judul-judul berita pada contoh-contoh tersebut, jangan sekali-kali dibaca (hanya saran), karena dari judul tersebut, dikira informasinya benar-benar mengagetkan, ehhh ternyata biasa saja beritanya, tidak terlalu menarik dan tidak terlalu monoton. Istilah ini disebut dengan clikbait, artinya jebakan klik, klik yang sangat menipu. Selengkapnya bisa dibaca di tautan ini : http://www.romelteamedia.com/2014/08/jebakan-klik-click-bait-modus-media.html

Selain itu, semua contoh judul berita di atas sebenarnya telah menyalahi aturan dan kaidah Bahasa Indonesia, karena hal ini telah ditegaskan oleh sang jurnalistik senior, H. Roshian Anwar, bahwa setiap penulisan judul ataupun isi daripada berita harus sesuai dengan kata baku bukan kata yang hanya disingkat-singkat dan lebih mencari sensasional.

Perlu diingat kembali, saya mendapatkan opini dari seseorang bahwa setiap portal berita Indonesia adalah wawasan untuk membangun bahasa Indonesia yang lebih efektif dan lebih baku. Bukan untuk menggunakan bahasa yang bombastis, alay dan gaul. Kita sebagai orang yang menjadi generasi penerus bangsa Indonesia, harus menjaga bahasa persatuan kita, Bahasa Indonesia.

CMIIW :)

Referensi blog :
http://www.romelteamedia.com/2014/11/judul-berita-media-online-kian.html
http://www.romelteamedia.com/2014/09/banyak-media-online-jadi-koran-kuning.html
http://www.romelteamedia.com/2015/06/Irresponsible-Journalism-Judul-Berita-Kalimat-Tanya.html 
http://www.romelteamedia.com/2014/08/jebakan-klik-click-bait-modus-media.html
http://pelitaku.sabda.org/judul_berita_di_surat_kabar

Jumat, 13 Maret 2015

Rumor Hangat 2014 : Kartun Akan Dihapus, Benarkah?

Sebuah 'meme' yang menunjukkan aksi protes penghentian kartun di Indonesia

Yap, meskipun berita ini sudah lama sekali terdengar sejak September 2014 silam, tapi saya masih ingat sekali beberapa protes dan ketidakinginan masyarakat untuk menghapus tayangan yang namanya "Kartun". 

Pertama kali saya mendengar rumor ini di Twitter, saya merasa terkejut. Saya tidak tega melihat hal ini dihapus dari negara kita bahkan tidak pernah ditayangkan sama sekali. Hiks.

Menurut KPI, kartun SpongeBob, Tom & Jerry dan sejenisnya mengandung kekerasan dan tidak pantas dicontoh oleh anak-anak. Memang benar, tetapi justru ada yang salah persepsi disitu. Mereka memadang kartun sebagai tonotonan yang tidak mendidik, tetapi setidaknya, ada pesan moral yang ditampilkan pada kartun tersebut.


Pesan moral dari SpongeBob terutama, lebih memotivasi kita untuk lebih bekerja keras, menjalin persahabatan dan mendidik jiwa kepahlawanan dalam kehidupan.

Bayangkan saja, jika kartun tersebut dihapus, maka akan terjadi hal-hal yang menurut saya tidak mengenakkan yang menurut saya seperti ini :

  • Semakin banyaknya kekerasan dan tindak kriminal akibat terlalu sering menonton acara televisi yang melakukan kekerasan. Perlu diingat, secara sadar atau tidak, hal tersebut akan lebih mudah ditiru oleh kita dan secara tidak sadar, setiap adegan-adegan konflik tersebut akan terus masuk di dalam alam bawah sadar kita. 
  • Generasi muda Indonesia akan dihantui oleh yang namanya istilah "dewasa sebelum waktunya". Mengapa? Akibat kartun dihapus dan kemungkinan film-film atau sinetron Indonesia hampir sebagian besar bertemakan cinta dan pergaulan yang dipertontonkan kepada anak-anak di bawah umur.  Jadi jangan heran, mengapa sering banyak anak-anak Indonesia yang melakukan bully kepada orang yang lemah ataupun sering melakukan tindak kejahat seperti memukul, menonjok ataupun menendang
  • Lebih banyak memikirkan "cinta-cintaan" sebelum waktunya. Apa mungkin mereka pantas untuk melakukannya di bangku SD, bahkan TK sekalipun?
  • Hal ini memang sudah terjadi di masyarakat, banyak bertebaran di social media, anak-anak SD mulai berciuman di bawah umur di suatu tempat dan waktu tertentu.   
Oleh karena itu, tak segan-segan dalam hati berharap semoga KPI dapat berubah pikiran agar tetap menjaga film kartun di Indonesia, meskipun itu dubbingan atau asli, tapi setidaknya mendidik bagi anak-anak Indonesia. Bahkan semua peristiwa kekerasan, percintaan di bawah umur dll memang sudah diajarkan oleh banyaknya sinetron yang telah bertebaran bahkan yang munculnya lebih baru lagi.

Dan akhirnya, selang beberapa waktu kemudian, KPI tidak jadi menghapus semua kartun dan semua animasi-animasi dari Indonesia. Tetapi hanya sebuah teguran tertulis saja untuk lebih hati-hati. Dan rumor itu pun akhirnya terungkap salah adanya.

Sampai sekarang, saya juga masih dapat menikmati kartun dan animasi-animasi lainnya yang masih mendidik. Saya ingin mengucapkan terima kasih untuk KPI yang tidak berniat untuk menghapus semua kartun di Indonesia.

Sabtu, 17 Januari 2015

Stop YKS! Acara Indonesia Melecehkan Benyamin Sueb Juni 2014 Silam

Iklan peringatan kepada YKS terkait melecehkan
Legenda Benyamin Sueb (24/6/2014)

Tadinya saya ingin mempost cerita ini sejak informasi ini keluar, tapi baru sekarang saya kembali teringat tentang peristiwa penghentian acara lawakan di TV yang terjadi sekitar 7 bulan yang lalu, jadinya baru saya akan cerita di blogger ini sekarang. 

Begini ceritanya, tahun kemarin, dunia pertelevisian Indonesia dikagetkan dengan adanya lawakan yang melecehkan alm. Benyamin Sueb, sang legendaris Betawi yang sudah lama meninggal. Sungguh sangat menyesal bagi mereka yang mendengar hal itu, bahkan sampai melampiaskan amarahnya kepada pihak KPI. 

Lawakan itu terdengar dari acara YKS (Yuk Keep Smile) yang disiarkan langsung di Trans TV setiap hari sebelum mulai resmi dihentikan pada Juni 2014. Justru hal ini dapat membuat para pecinta budaya Betawi dan pecinta sejarah betawi, kecewa dan tidak terima atas kejadian itu. Akhirnya dengan keputusan dari KPI, yang dimana acara ini sering mendapat teguran dan tidak mematuhi aturan tersebut, maka acara tersebut resmi dihentikan pada tanggal 24 Juni 2014. Beberapa pembenci YKS pun gembira dan senang atas berhentinya acara tersebut. 

Saya sebenarnya juga senang acara tersebut dihentikan, karena lawakannya menurut yang saya baca di Twitter, acara ini tidak lucu dan garing. Sukanya menghina orang, apalagi dalam kasus tersebut. Yasudahlah, mungkin saja kreativitas negeri kita sedang berkurang akibat politik dan lain-lain yang maaf-maaf, sangat tidak jelas arahnya kemana.

Saya mendapatkan tweet mengenai acara tersebut, beberapa tweet tersebut mengkritk keras acara tersebut yang melecehkan  Benyamin Sueb : 


"Stop YKS! Telah melakukan penghinaan terhadap Benyamin Sueb. Lo idup di Jakarte, Cari duit di Jakarte, tapi lo hina babeh gue!"
"Acara gak bermutu, beraninya menghina alm. koaji Benyamin Sueb!"
 “Acara yang awalnya menghibur namun semakin lama semakin gak bermutu, bahkan sampai menghina sang legenda Benjamin Sueb. STOP YKS!!!”
 "Akhirnya acara gak bermutu ini bubar juga , YuKeepSmile_TTV #yksmalamjumatterakhir lanjut terus KPI.."
Nah, sudah jelas kan kenapa acara tersebut dihentikan? Banyak sekali pihak yang sangat kesal dan tidak mau sang legenda tersebut dilecehkan. Bayangkan saja, jika alm Benyamin Sueb masih hidup, pasti ia akan lapor Polisi mengenai tayangan ini. 

Dan saya sesungguhnya menyesal sekali. Saya kelahiran Jakarta, suku Betawi, tapi kenape legendaris Betawi kite dilecehkan :'( . 

Saya hanya bisa berdoa, semoga pertelevisian Indonesia kedepannya bisa lebih baik dan lebih maju, apalagi sekarang baru awal-awal tahun 2015. Semoga juga, pemerintah juga selektif dalam memilih acara-acara yang pantas dipertontonkan di masyarakat agar tidak mengajari hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan.

Senin, 10 November 2014

Puisi dari film Ada Apa Dengan Cinta

Puisi ini diambil dari film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) yang rilis sekitar tahun 2002.


Aku Ingin Bersama Selamanya

Ketika tunas ini tumbuh,
serupa tubuh yang mengakar.
Setiap nafas yang terhembus adalah kata.

Angan, debur dan emosi 

Bersatu dalam jubah berpautan.
Tangan kita terikat

Lidah kita menyatu
Maka setiap apa yang terucap adalah sabda pendita ratu.

Hahhh... Di luar itu pasir… Di luar itu debu…
Hanya angin meniup saja lalu terbang hilang tak ada.
Tapi kita tetap menari, menari cuma kita yang tahu.

Jiwa ini tandu

Maka duduk saja
Maka akan kita bawa

Semua…
Karena...
Kita....
Adalah...
Satu...


POEM BY : CINTA



TENTANG SESEORANG

Kulari ke hutan kemudian menyanyiku
Kulari ke pantai kemudian teriakku
Sepi… sepi dan sendiri aku benci
Aku ingin bingar aku mau di pasar!

Bosan aku dengan penat!
Dan enyah saja kau pekat!
Seperti berjelaga jika kusendiri

Pecahkan saja gelasnya biar ramai!!
Biar mengaduh sampai gaduh!!

Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang ditembok keraton putih!


Kenapa tak goyangkan saja loncengnya biar terdera?
Atau aku harus lari ke hutan belok ke pantai?

Bosan... aku dengan penat....
Dan enyah saja kau pekat....
Seperti berjelaga jika.. ku sendiri.....

 

POEM BY : RANGGA, DIBACAKAN OLEH DIAN SASTRO (CINTA)

 

 

ADA APA DENGAN CINTA

Perempuan, datang atas nama cinta
Bunda pergi karna cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur di hatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan

Ada apa dengannya?
Tinggalkan hati untuk dicaci

Lalu sekali ini aku melihat karya surga dari mata seorang hawa

Ada apa dengan cinta?

Tapi aku pasti akan kembali
Dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya.

Bukan untuknya, 
bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu,
Itu saja.

By : RANGGA (SAAT DI BANDARA, INGIN LEPAS LANDAS KE NY)

 


Jumat, 20 Juni 2014

10 Sinetron dan FTV Bermasalah dan Tidak Layak Ditonton (KPI)

Jakarta - Beberapa bulan terakhir, kekerasan yang menimpa anak-anak dan remaja semakin banyak jumlahnya dan semakin memprihatinkan bahkan kekerasan tersebut terjadi di sekolah dan lingkungan tempat tinggal yang seharusnya aman bagi anak-anak dan remaja. Sejumlah pihak menduga media khususnya televisi sebagai salah satu pemicu munculnya tindak kekerasan tersebut. Sepanjang tahun 2013 sampai dengan April 2014, KPI menerima sebanyak 1600-an pengaduan masyarakat (responden) terhadap program sinetron dan FTV yang dianggap meresahkan dan membahayakan pertumbuhan fisik dan mental anak serta mempengaruhi perilaku kekerasan terhadap anak.

Sejak 1 bulan lalu tepatnya tanggal 11 April 2014, KPI telah melakukan evaluasi program sinetron dan FTV yang disiarkan 12 stasiun televisi dalam rangka melakukan pembinaan. Dalam forum evaluasi tersebut hadir juga beberapa production house (PH) yang memproduksi program-program tersebut. Namun demikian, sampai dengan hari ini KPI masih menemukan sejumlah pelanggaran terhadap UU Penyiaran serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).

Pelanggaran tersebut meliputi: 
1. Tindakan bullying (intimidasi) yang dilakukan anak sekolah.
2. Kekerasan fisik seperti memukul jari dengan kampak, memukul kepala dengan balok kayu, memukul dengan botol beling, menusuk dengan pisau, membanting, mencekik, menyemprot wajah dengan obat serangga, menendang, menampar dan menonjok.
3. Kekerasan verbal seperti melecehkan kaum miskin, menghina anak yang memiliki kebutuhan khusus (cacat fisik), menghina orang tua dan Guru, penggunaan kata-kata yang tidak pantas “anak pembawa celaka, muka tembok, rambut besi, badan batako”.
4. Menampilkan percobaan pembunuhan.
5. Adegan percobaan bunuh diri.
6. Menampilkan remaja yang menggunakan testpack karena hamil di luar nikah.
7. Adanya dialog yang menganjurkan untuk menggugurkan kandungan.
8. Adegan seolah memakan kelinci hidup.
9. Menampilkan seragam sekolah yang tidak sesuai dengan etika pendidikan.
10. Adegan menampilkan kehidupan bebas yang dilakukan anak remaja, seperti merokok, minum-minuman keras dan kehidupan dunia malam.
11. Adegan percobaan pemerkosaan.
12. Konflik rumah tangga dan perselingkuhan.
13. Sinetron religi yang kadang memperlihatkan kekerasan daripada mengajarkan nilai agama.

Bahkan program sinetron dan FTV kerap menggunakan judul-judul yang sangat provokatif dan tidak pantas, seperti: Sumpah Pocong Di Sekolah, Aku Dibuang Suamiku Seperti Tisu Bekas, Mahluk Ngesot, Merebut Suami Dari Simpanan, 3x Ditalak Suami Dalam Semalam, Aku Hamil Suamiku Selingkuh, Pacar Lebih Penting Dari Istri, Ibu Jangan Rebut Suamiku, Istri Dari Neraka aka Aku Benci Istriku.

Atas pelanggaran tersebut KPI menyatakan 10 sinetron dan FTV BERMASALAH dan TIDAK LAYAK DITONTON:
1.    Sinetron Ayah Mengapa Aku Berbeda – RCTI
2.    Sinetron Pashmina Aisha – RCTI 
3.    Sinetron ABG Jadi Manten – SCTV
4.    Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala – SCTV
5.    Sinetron Diam-Diam Suka – SCTV 
6.    Sinema Indonesia – ANTV
7.    Sinema Akhir Pekan – ANTV
8.    Sinema Pagi – Indosiar
9.    Sinema Utama Keluarga – MNC TV
10.    Bioskop Indonesia Premier– Trans TV

Atas dasar itu, KPI dengan tegas menyatakan:
1.    Stasiun televisi segera memperbaiki sinetron dan FTV tersebut.
2.    Production House (PH) agar tidak memproduksi program sinetron dan FTV yang tidak mendidik.
3.    Kepada orang tua tidak membiarkan anak menonton program-program tersebut.
4.    Anak-anak dan remaja agar selektif dalam memilih tayangan TV dan tidak menonton sinetron dan FTV yang bermasalah.
5.    Lembaga pemeringkat Nielsen agar tidak mengukur program siaran hanya berdasarkan pada penilaian kuantitatif semata.

6.    Perusahaan pemasang iklan agar tidak memasang iklan (trailer) pada program-program bermasalah tersebut. 

(Posted by AEC - dengan perubahan)

Referensi 
http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32064-kpi-10-sinetron-ftv-bermasalah-dan-tidak-layak-tonton


Jumat, 14 Maret 2014

Film Soekarno yang melecehkan kehidupan sang pahlawan

TENTANG FILM SOEKARNO, DIBALIK PELECEHAN SEJARAH KEHIDUPAN MANTAN PRESIDEN & PROKLAMATOR RI

Film "Soekarno" yang saat ini beredar di bioskop ternyata membawa malapetaka bagi sebagian bangsa Indonesia. Menurut adik dari Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Film ini dianggap melakukan pelecehan terhadap ayahnya, Soekarno Hatta, sang Proklamator Indonesia sekaligus mantan presiden RI yang pertama. Selain itu, film ini juga memutarbalikkan fakta dari sejarah ayahnya. Berikut penuturan yg diambil dr Vivanews.com :

----
VIVAlife - Rachmawati Soekarnoputri sangat kecewa ketika rumah produksi Multivision Plus tetap menayangkan film "Soekarno: Indonesia Merdeka" di bioskop sejak Rabu, 11 Desember 2013.

Padahal, salah satu putri Proklamator Indonesia itu sejak jauh-jauh hari meminta agar film berdurasi 2 jam 17 menit tersebut tidak diputar dan diedarkan. Alasannya, film garapan Hanung Bramantyo itu tidak menceritakan sosok Soekarno yang sesungguhnya. 

"Film tentang Soekarno yang digarap Multivision Plus dan disutradarai Hanung Bramantyo tidak sesuai dengan sosok Soekarno asli. Film Soekarno memalukan," ucap Rachmawati saat jumpa pers di Universitas Bung Karno, Cikini, Jakarta, Kamis 12 Desember 2013.

Rachmawati menilai, sejak awal pembuatan skenario film, sudah terjadi pelecehan terhadap sosok Soekarno. Pada penggarap hanya memanfaatkan nama besar Soekarno untuk komersialisasi.

Pemutarbalikkan Fakta
Menurut Rachmawati, yang menjabat Ketua Yayasan Pendidikan Soekarno, film itu tidak menceritakan sosok Soekarno yang sesungguhnya. Dari adegan tangan polisi militer menampar pipi Soekarno beberapa kali, hingga terjatuh ke lantai. "Itu tidak pernah dialami oleh Soekarno," katanya.

Selain itu, dalam film itu terdapat adegan melecehkan sosok sang Presiden yang sedang merayu perempuan di dalam kamar yang mengenakan pakaian seronok.

Banyak hal yang dikritisi Rachmawati. Dalam film itu juga terdapat adegan Soekarno sedang mendiktekan Bung Hatta saat perumusan naskah proklamasi. "Padahal naskah proklamasi dibuat oleh Bung Hatta, bukan Bung Karno. Ini terjadi pemutarbalikkan fakta," kata Rachmawati.

Adik Megawati Soekarnoputri itu sebelumnya sudah melayangkan gugatan ke pengadilan agar film yang menceritakan soal ayahnya dihentikan. Sebab, isi dan cerita dalam film itu merupakan hasil ide dan gagasannya. 

Meski diprotes keras oleh keluarga, tapi pemutaran film ini sudah diputar perdana sejak Rabu kemarin dan hingga kini masih terus diputar di sejumlah bioskop.
--------

Tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Semua kesalahan pembuatan adegan dr film tersebut sudah disebarluaskan ke masyarakat, khususnya yang belum tahu sejarahnya Bung Karno (terutama dari kalangan SD). 

Sungguh kasihan kita melihat film jaman sekarang, sekarang film sudah  bermain adegan yang cabul ataupun merendahkan serta merusak moral bangsa Indonesia. Bahkan sejarah Indonesia pun sedikit ada yg dihancurkan melalui film komersil yg sudah melampaui batas.

Semoga perfilman Indonesia menjadi lebih baik untuk kedepannya, dan tak ada lagi kata2 utk menghancurkan moral Indonesia!